Tampilkan postingan dengan label Inspiratif Lokal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspiratif Lokal. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Oktober 2016

Hidayah mengenai Toleransi yang di dapet dari Kehidupan Umat Katolik di Flores

- 0 komentar

Saat aku masih kecil sering diceritakan oleh Ibuku tentang Indonesia yang beraneka ragam, baik bahasa, suku, agama dan warna kulit, oleh Ibuku sering disebut Bhinneka Tunggal Ika. 

Ibuku suka sekali bercerita, tentang sejarah, legenda dan tokoh-tokoh dunia, tapi yang paling aku sukai saat Ibu bercerita tentang agama. 

Bukan tentang surga atau neraka seperti yang sering disampaikan oleh guru agamaku di sekolah.

Tentang agama, Ibuku sering bercerita tentang kisah pengorbanan Yesus dan kelembutan hatinya, tentang dewa-dewa umat Hindu, kisah pencerahan sang Buddha, dan juga tentang akhlak nabi Muhammad yang sangat beliau kagumi. 


Kata Ibuku kala itu, semua agama mengajarkan kebaikan dan penuh kedamaian.

Saat aku duduk di kelas dua SD aku pernah bertanya kepada Ibu, “Bu, apakah orang Budha, Katolik, dan Hindu akan masuk surga?” Dijawab oleh Ibuku bahwa mereka semua juga akan masuk surga. 

Sayangnya jawaban seperti yang disampaikan oleh Ibuku tidak akan aku dapatkan lagi dalam ruang-ruang keluarga di Indonesia saat ini.

Saling curiga, sesat menyesatkan, mengkafirkan orang lain dan klaim agama yang paling benar lebih mendominasi kehidupan beragama kita hari ini. Andai Ibuku masih hidup tentu beliau akan bersedih.

Oh ya ada baiknya aku ceritakan terlebih dahulu latar belakang keluargaku. Ibuku dilahirkan dari keluarga dengan pemahaman agama yang sangat konservatif, keluarga Ibuku adalah pengikut organisasi keagamaan Lemkari atau yang saat ini dikenal dengan nama LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Organisasi ini dianggap sesat oleh sebagian kalangan umat Islam di Indonesia.

Sedangkan Bapakku seorang abangan tulen, beliau tidak akrab dengan ritual keagamaan. Tempat tinggal kami, merupakan basis Islam yang kaya akan tradisi keagamaannya, ada dua pesantren NU di dekat rumah kami. Aku tumbuh dengan warna-warni perbedaan.

Walaupun dibesarkan dalam keluarga konservatif, soal agama Ibuku sangat moderat. Kata Ibuku, perbedaan bukan menjadi sebuah halangan, termasuk dalam keyakinan beragama. Soal perbedaan keyakinan ini Ibu pernah bercerita tentang salah satu adik perempuannya yang menikah dengan orang yang beragama Katolik. Perbedaan keyakinan yang menjadi pertentangan keluarga saat itu, kata Ibuku bisa didamaikan dengan dialog terus menerus.

Soal pandangan politik, antara Ibu dengan Bapak juga bagai minyak dengan air, tidak akan bersatu. Sebagai seorang PNS saat Orde Baru berkuasa, Ibuku adalah kader Golkar. Suka atau tidak suka seluruh keluarga juga diwajibkan memilih Golkar. Tapi itu tidak berlaku buat Bapakku, beliau tidak sudi memilih Golkar.

Selama Orde Baru, beliau memilih golput. Tentang beda pilihan politik ini, Ibuku juga tidak pernah mempermasalahkannya walaupun risikonya sangat besar saat itu.

Di kemudian hari baru aku mengerti kenapa Bapak tidak sudi memilih Golkar dan memilih golput, buku Di Bawah Asap Pabrik Gula yang ditulis Hiroyosi Kano dan Frans Husken yang diterbitkan oleh Universitas Gadja Mada, membukakan mataku akan sejarah kelam dari keluarga Bapak.

Buku yang membahas hasil penelitian tentang masyarakat pesisir Jawa sepanjang abad 20 ini, salah satu babnya membahas konflik politik setelah tragedi 65. Diceritakan dalam bab tersebut bagaimana keluarga Bapak dibantai oleh gerombolan tentara dengan tuduhan sebagai antek PKI.

Menghargai perbedaan memang tidak mudah, baik agama maupun pandangan politik. Perbedaan agama misalnya seringkali menjadi sumbu pertikaian yang setiap saat bisa terbakar. Pun demikian soal tragedi 65, rekonsiliasi belum menjadi pilihan terbaik untuk mengakhiri konflik yang melelahkan anak bangsa ini. Untuk kedua masalah tersebut kedua orang tuaku lebih memilih jalan dialog untuk merangkul perbedaan.

Apakah dengan latar belakang keluargaku yang penuh perbedaan sudah cukup untuk mengenalkan aku tentang toleransi? Tentu saja tidak cukup. Pengalaman tinggal di Maumere Flores selama hampir lima tahun yang kemudian ‘mengkhatamkan’ aku tentang toleransi, ini pengalaman paling pribadi dan akan aku ceritakan dalam tulisan ini.

Tahun 2010 aku mendapatkan tugas untuk bekerja di Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Sikka. Aku tinggal di sebuah desa di pesisir utara 30 kilometer dari kota Maumere, Desa Reroroja namanya. Di Desa ini mayoritas penduduknya beragama Katolik, hanya sedikit saja yang muslim, biasanya pendatang dan orang dari suku Bajo.

Di desa ini orang Katolik dan Muslim hidup damai dalam perbedaan, tidak ada sejarah konflik antara keduanya. Dari tempat inilah aku mulai belajar tentang toleransi yang sesungguhnya.

Awalnya kekhawatiran tidak bisa diterima karena aku seorang muslim sempat terlintas dalam pikiranku, tapi semuanya sirna saat aku bertemu dengan mereka, keramahan dan kehangatan mereka begitu tulus menyambutku. Begitu pun ketika mereka tahu kalau aku seorang muslim mereka sangat menghormatiku. Misalnya saat aku berkunjung ke rumah-rumah mereka, tanpa diminta mereka selalu menyediakan tempat untuk salat.

Untuk tempat salat ini kadang aku sampai tidak enak sendiri, mereka memberikan alas kain tenun terbaik mereka untuk dijadikan sajadah padahal lantai rumahnya masih tanah.

Untuk makan pun mereka sangat hati-hati, mereka tahu kalau seorang muslim tidak makan daging babi dan anjing. Saat aku diundang ke acara pesta nikah atau acara sambut baru, menu khusus telah mereka siapkan berupa ayam dan ikan.

Biasanya sebelum ayam dimasak mereka mengundangku terlebih dahulu untuk menyembelih sendiri ayamnya. Tidak hanya dalam pesta, di hari-hari biasa pun saat mereka mengundangku makan bersama, mereka tidak akan menyediakan makanan yang dilarang oleh agamaku.

Saat acara makan bersama, yang paling aku sukai adalah saat mereka membaca doa, doanya, “Tuhan yang maha baik, terima kasih atas makanan yang telah Engkau sediakan ini, berkatilah makanan ini supaya menjadi sumber kesehatan bagi kami, berkatilah mereka yang telah menyiapkan makanan ini untuk kami, dan berkatilah pula orang-orang di luar sana yang masih kelaparan atau yang belum dapat menikmati makanan seperti ini, Terima kasih Tuhan, amin.

Jujur ketika pertama kali mendengar doa tersebut aku sampai menitikkan air mata, bukan karena kehangatan mereka dalam menjamuku, tapi karena ditengah kemiskinan yang mereka alami mereka masih mendoakan orang-orang yang kelaparan, yang belum bisa menikmati makanan seperti yang kami makan saat itu.

Acara makan bersama menjadi tempat kami untuk saling berbagi, tidak hanya makanan dan kebahagiaan tetapi juga berbagi doa, tanpa ragu mereka mempersilahkan aku untuk memimpin doa secara bergantian, tentu saja doa sesuai dengan keyakinanku.

Satu lagi peristiwa yang membuat aku menyakini bahwa toleransi tidak mengenal sekat-sekat keyakinan, saat salah satu tetanggaku meninggal dunia, namanya Mama Tini. Beliau seorang muslim yang dihormati di kalangan orang Bajo. Saat penguburan dilakukan beliau didoakan dalam doa dua agama, Islam dan Katolik. Tidak ada penolakan dari keluarga saat perwakilan tokoh agama Katolik memimpin doa dan memberikan khotbah penutup kepada almarhum.

Pengalaman tentang toleransi kemudian banyak aku dapatkan tidak hanya di Maumere, tetapi juga di daerah-daerah lain di Pulau Flores. Di Larantuka aku banyak belajar pada acara perayaan Semana Santa, di mana orang muslim membaur dengan orang Katolik untuk merayakan bersama pekan suci menyambut Paskah. Di Lembata, temanku yang Katolik rela bangun tengah malam hanya untuk menyiapkan makan sahur saat di bulan puasa.

Di Ende banyak aku temui dalam satu keluarga ada yang beragama Islam dan Katholik. Mereka begitu tulus menghormati perbedaan dan melakukannya dengan penuh kegembiraan. Bagiku Pulau Flores adalah kamus toleransi terlengkap yang ada di Indonesia bahkan di dunia.

Penghormatan umat Katolik di Pulau Flores terhadap perbedaan, mengingatkan aku pada cendekiawan Muhammad Abduh yang pernah mengatakan, “Ra’aitu al Islama duna al muslimin, wa ra’aitu al muslimin duna al-islam,” ya nilai-nilai Islami terlihat di tengah masyarakat nonmuslim, sementara umat Islam hidup tanpa nilai-nilai Islam.

Kondisi ini sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini, di mana daerah-daerah mayoritas muslim tidak ramah lagi dengan perbedaan, gerombolan intoleran tumbuh subur dan penguasa daerah berlomba-lomba menerbitkan peraturan untuk membungkam toleransi.

Toleransi tidak lahir dari khotbah di mimbar-mimbar tempat ibadah, forum diskusi, dan kebijakan penguasa, ia lahir dari sebuah tindakan, dan tindakan membutuhkan sebuah kejujuran. Umat Katolik di Flores telah membuktikan bahwa toleransi adalah sebuah tindakan bukan lagi perdebatan, apalagi hanya sekedar slogan semata.

Aku berharap di usia yang ke 71 tahun ini, Indonesia benar-benar merdeka. Tidak ada lagi penganut Syiah di Sampang menjadi pengungsi, tidak ada lagi perusakan Masjid Ahmadiyah, tidak ada lagi teror bagi penghayat kepercayaan, kemudahan mendirikan tempat ibadah apapun agamanya, dan juga tidak ada lagi pembubaran forum-forum diskusi.

Sebagai orang tua saat ini, tentu saja aku ingin mewariskan cerita dari Ibuku kepada anak-anakku bahwa semua agama mengajarkan kebaikan dan kedamaian.


sumber: disini
[Continue reading...]

Jumat, 07 Oktober 2016

Berita mengenai pengusiran gadis miskin dari Gereja itu adalah Hoax, menurut Klarifikasi Romo

- 0 komentar

Pada Kamis, 6 Oktober 2016, media sosial diramaikan dengan pemberitaan tentang pengusiran seorang gadis, Martina Kolas yang ingin menerima Sakramen Komuni Pertama (Sambut Baru), oleh seorang pastor, di stasi Lirikelang-Sikka-NTT, pada Minggu 2 Oktober 2016. 

Menurut laporan serggapntt.com yang juga dipublikasikan oleh matakatolik.com, alasan pengusiran tersebut disebabkan oleh ibunda Martina, yakni mama Ertina Lodan masih memiliki tunggakan di Gereja Paroki Nita, Keuskupan Maumere, sebesar Rp634 ribu.

Pagi ini, Jumat 7/10/2016, Media MK.com, terus mencoba meminta klarifikasi  langsung soal kejadian ini  dengan Rm. Stef Labuan, via telepon dan SMS,  namun pastor yang bersangkutan belum mengangkat telepon dan membalas SMS dari Matakatolik.com untuk mengklarifikasi kejadian tersebut.

Namun, Media MK. Com, menghimpun informasi dari rekan imam  Rm. Stef Labuan, yang saat ini bertugas di Semeinari Tinggi St. Petrus Ritapiret- Keuskupan  Maumere yakni Rm, Ansel Liwu, Pr. terkait klarifikasi kejadian ini.

Rm. Ansel, dapat mengklarifikasi hal ini, karena sudah melakukan pembicaraan empat mata dengan Rm. Stef Labuan, kemarin Kamis, 6/10/2016.

Rm. Ansel, kepada media  MK.com, Jumat, 7/10/2016, menjelaskan bahwa pemberitaan yang dipublikasi oleh beberapa media online itu tidak seratus persen benar. 

”Rm Stef tidak mengusir anak tersebut, apalagi dengan alasan tunggakan keuangan Gereja. 

Peristiwa ini bukan pengusiran melainkan PEMBATALAN atau DITUNDA penerimaan komuni pertama/sambut baru untuk gadis kecil tersebut,” jelas Rm. Asel. 

Pembatalan jelanya, karena ada kesepakan umat (Gereja setempat) bahwa setipa calon penerima komuni pertama harus mengikuti katekese persiapan komuni pertama secara penuh. 

Namun, gadis tersebut tidak mengikuti katekese persiapan tersebut secara total/penuh. Hal inilah yang melatarbelakangi terjadinya pembatalan tersebut.

sumber : disini
[Continue reading...]

Kamis, 06 Oktober 2016

Lepas dari Duo ratu besutan Maia Estianty, Pinkan Mambo Jadi Aktivis Gereja

- 0 komentar

Siapa yang tidak mengenal duo Ratu yang sukses meraih popularitas di awal kemunculannya. 

Adalah Maia Estiaty, sang pendiri yang juga menggaet Pinkan Mambo sebagai salah satu personel Ratu yang dibentuk tahun 1999 silam.

Namun, di akhir tahun 2004, Pinkan memilih untuk hengkang dan bersolo karier. 

Setelah berjuang seorang diri di dunia hiburan, belakangan nama Pinkan jarang terdengar lagi.

Tidak hanya tetap mempertahankan eksistensi sebagai penyanyi dengan meluncurkan single bertajuk Coming Back, pemilik nama lengkap Pinkan Ratnasari Mambo ini ternyata aktif dalam kegiatan rohani. 

Ia menjadi salah satu aktivis di Gereja dan melayani para jemaat.

Hal tersebut nampak dari sederet momen yang Pinkan Mambo bagikan di akun Instagram pribadinya. 

Momen-momen tersebut membingkai berbagai kegiatan rohani yang dijalankan Pinkan.

Satu hal yang menarik ketika menyimak penampilan pelantun Cintaku Dimutilasi ini. 

Ia mewarnai rambutnya dengan sentuhan pirang dengan potongan poni yang cukup pendek.

Pinkan Mambo memang dikenal sebagai salah satu artis tanah air yang kerap tampil 'berani' untuk urusan rambut. 

Ia pernah mencoba berbagai model dan warna rambut.

Selain kegiatan rohani dan menyanyi, Pinkan tidak melupakan perannya sebagai seorang ibu. 

Kedekatan dirinya dan ketiga buah hati juga diabadikan dalam potret yang ia bagikan di Instagram.

Dari pernikahan terdahulu, Pinkan Mambo telah melahirkan Muhammad Alfa Rezel dan Michelle Ashley Rezya. 

Ia kembali menikah dengan seorang pembuat video klip, Steve Wantania tahun 2013 di Los Angeles. 

Dari pernikahan ini, Pinkan dan Steve dikarunia buah hati, Queen Chara Wantania.


sumber : disini

[Continue reading...]

Kamis, 29 September 2016

Kesaksian Basuki Tjahaha Purnama (Ahok)

- 0 komentar
Saya lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, di Belitung Timur, di dalam keluarga yang belum percaya kepada Tuhan. 

Beruntung sekali sejak kecil selalu dibawa ke Sekolah Minggu oleh kakek saya. Meskipun demikian, karena orang tua saya bukan seorang Kristen, ketika beranjak dewasa saya jarang ke gereja.


baca juga : Sebuah Quotes dahsyat dari Ahok: Kita harus biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa

Saya melanjutkan SMA di Jakarta dan di sana mulai kembali ke gereja karena sekolah itu merupakan sebuah sekolah Kristen. 

Saat saya sudah menginjak pendidikan di Perguruan Tinggi, Mama yang sangat saya kasihi terserang penyakit gondok yang mengharuskan dioperasi. 

Saat itu saya walaupun sudah mulai pergi ke gereja, tapi masih suka bolos juga. Saya kemudian mengajak Mama ke gereja untuk didoakan, dan mujizat terjadi. 

Mama disembuhkan oleh-Nya! Itu merupakan titik balik kerohanian saya. 

Tidak lama kemudian Mama kembali ke Belitung, adapun saya yang sendiri di Jakarta mulai sering ke gereja mencari kebenaran akan Firman Tuhan.


baca juga : Patut jadi Panutan, Ahok: Saya Mempermalukan Gereja Kristen kalau Korupsi!

Suatu hari, saat kami sedang sharing di gereja pada malam Minggu, saya mendengar Firman Tuhan dari seorang penginjil yang sangat luar biasa. 


Ia mengatakan bahwa Yesus itu kalau bukan Tuhan pasti merupakan orang gila. 

Mana ada orang yang mau menjalankan sesuatu yang sudah jelas tidak mengenakan bagi dia? Yesus telah membaca nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa Ia akan menjadi Raja, tetapi Raja yang mati di antara para penjahat untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Ia masih mau menjalankannya! 

Itu terdengar seperti suatu hal yang biasa-biasa saja, tetapi bagi saya merupakan sebuah jawaban untuk alasan saya mempercayai Tuhan. 

Saya selalu berdoa “Tuhan, saya ingin mempercayai Tuhan, tapi saya ingin sebuah alasan yang masuk akal, cuma sekedar rasa doang saya tidak mau,” dan Tuhan telah memberikan 

PENCERAHAN kepada saya pada hari itu. Sejak itu saya semakin sering membaca Firman Tuhan dan saya mengalami Tuhan.


baca juga : Di Gereja Kristus Yesus (GKY) Pluit ; Ahok Menuai Cintanya

Setelah saya menamatkan pendidikan dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi pada tahun 1989, saya pulang kampung dan menetap di Belitung. 


Saat itu Papa sedang sakit dan saya harus mengelola perusahaannya. Saya takut perusahaan Papa bangkrut, dan saya berdoa kepada Tuhan. 

Firman Tuhan yang pernah saya baca yang dulunya tidak saya mengerti, tiba-tiba menjadi rhema yang menguatkan dan mencerahkan, sehingga saya merasakan sebuah keintiman dengan Tuhan. 

Sejak itu saya kerajingan membaca Firman Tuhan. Seiring dengan itu, ada satu kerinduan di hati saya untuk menolong orang-orang yang kurang beruntung.


baca juga : Gara-Gara Kaki Terinjak di Gereja, Jadi Awal Mula Kisah Cinta Ahok Dan Veronica

Papa saat masih belum percaya Tuhan pernah mengatakan, “Kita enggak mampu bantu orang miskin yang begitu banyak. 

Kalau satu milyar kita bagikan kepada orang akhirnya akan habis juga.” Setelah sering membaca Firman Tuhan, saya mulai mengerti bahwa charity berbeda dengan justice. 

Charity itu seperti orang Samaria yang baik hati, ia menolong orang yang dianiaya. 

Sedangkan justice, kita menjamin orang di sepanjang jalan dari Yerusalem ke Yerikho tidak ada lagi yang dirampok dan dianiaya. Hal ini yang memicu saya untuk memasuki dunia politik.

baca juga : Prinsip-prinsip Ahok dalam Berpolitik dan Memimpin.


Pada awalnya saya juga merasa takut dan ragu-ragu mengingat saya seorang keturunan yang biasanya hanya berdagang. 


Tetapi setelah saya terus bergumul dengan Firman Tuhan, hampir semua Firman Tuhan yang saya baca menjadi rhema tentang justice. 

Termasuk di Yesaya 42 yang mengatakan Mesias membawa keadilan, yang dinyatakan di dalam sila kelima dalam Pancasila. Saya menyadari bahwa panggilan saya adalah justice. 

Berikutnya Tuhan bertanya, “Siapa yang mau Ku-utus?” Saya menjawab, “Tuhan, utuslah aku”.
Di dalam segala kekuatiran dan ketakutan, saya menemukan jawaban Tuhan di Yesaya 41. 


Di situ jelas sekali dibagi menjadi 4 perikop. Di perikop yang pertama, untuk ayat 1-7, disana dikatakan Tuhan membangkitkan seorang pembebas. 

Di dalam Alkitab berbahasa Inggris yang saya baca (The Daily Bible – Harvest House Publishers), ayat 1-4 mengatakan God’s providential control, jadi ini semua berada di dalam kuasa pengaturan Tuhan, bukan lagi manusia. 

Pada ayat 5-10 dikatakan Israel specially chosen, artinya Israel telah dipilih Tuhan secara khusus.

Jadi bukan saya yang memilih, tetapi Tuhan yang telah memilih saya. 


Pada ayat 11-16 dikatakan nothing to fear, saya yang saat itu merasa takut dan gentar begitu dikuatkan dengan ayat ini. 

Pada ayat 17-20 dikatakan needs to be provided, segala kebutuhan kita akan disediakan oleh-Nya. 

Perikop yang seringkali hanya dibaca sambil lalu saja, bisa menjadi rhema yang menguatkan untuk saya. Sungguh Tuhan kita luar biasa.


baca juga : Ahok ke Jemaat Gereja: Doakan Kami Bisa Mewujudkan Keadilan Sosial


Di dalam berpolitik, yang paling sulit itu adalah kita berpolitik bukan dengan merusak rakyat, tetapi dengan mengajar mereka.


Maka saya tidak pernah membawa makanan, membawa beras atau uang kepada rakyat. 

Tetapi saya selalu mengajarkan kepada rakyat untuk memilih pemimpin: yang pertama, bersih yang bisa membuktikan hartanya dari mana. 

Yang kedua, yang berani membuktikan secara transparan semua anggaran yang dia kelola. 

Dan yang ketiga, ia harus profesional, berarti menjadi pelayan masyarakat yang bisa dihubungi oleh masyarakat dan mau mendengar aspirasi masyarakat. 

Saya selalu memberi nomor telepon saya kepada masyarakat, bahkan saat saya menjabat sebagai bupati di Belitung. 

Pernah satu hari sampai ada seribu orang lebih yang menghubungi saya, dan saya menjawab semua pertanyaan mereka satu per satu secara pribadi. 

Tentu saja ada staf yang membantu saya mengetik dan menjawabnya, tetapi semua jawaban langsung berasal dari saya.

Pada saat saya mencalonkan diri menjadi Bupati di Belitung juga tidak mudah. Karena saya merupakan orang Tionghoa pertama yang mencalonkan diri di sana. 


Dan saya tidak sedikit menerima ancaman, hinaan bahkan cacian, persis dengan cerita yang ada pada Nehemia 4, saat Nehemia akan membangun tembok di atas puing-puing di tembok Yerusalem.

Hari ini saya ingin melayani Tuhan dengan membangun di Indonesia, supaya 4 pilar yang ada, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya wacana saja bagi Proklamator bangsa Indonesia, tetapi benar-benar menjadi pondasi untuk membangun rumah Indonesia untuk semua suku, agama dan ras. 


Hari ini banyak orang terjebak melihat realita dan tidak berani membangun. Hari ini saya sudah berhasil membangun itu di Bangka Belitung. 

Tetapi apa yang telah saya lakukan hanya dalam lingkup yang relatif kecil. Kalau Tuhan mengijinkan, saya ingin melakukannya di dalam skala yang lebih besar.

Saya berharap, suatu hari orang memilih Presiden atau Gubernur tidak lagi berdasarkan warna kulit, tetapi memilih berdasarkan karakter yang telah teruji benar-benar bersih, transparan, dan profesional. 


Itulah Indonesia yang telah dicita-citakan oleh Proklamator kita, yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah dan nyawa. Tuhan memberkati Indonesia dan Tuhan memberkati Rakyat Indonesia.

sumber : disini
[Continue reading...]

Rabu, 28 September 2016

Masuk Kristen, Asmirandah : Tuhan Sendiri Yang Memilih Saya !

- 0 komentar

Kabar Asmirandah masuk agama Kristen memang sudah bukan hal baru lagi. Sebelumnya, kabar ini terus santer dibicarakan. 

Sayangnya, tak banyak yang melihat secara langsung bagaimana saat pesinetron cantik itu menjalankan peribadahannya.

Namun, belakangan berita tersebut kembali ramai diperbincangkan dikalangan netizen. 

Apalagi memang sudah banyak beredar video unggahan saat Asmirandah melakukan kesaksian saat memutuskan menjadi Nasrani.

Sejak menikah dengan Jonas Rivanno, Asmirandah memang langsung memutuskan murtad dan pindah agama mengikuti keyakinan suaminya itu. 

Tak heran banyak yang beranggapan bahwa keputusan bintang film “Dalam Mihrab Cinta” masuk Kristen karena Jonas Rivanno.


Sayangnya, hal itu ditampik oleh Asmirandah yang menyebutkan bahwa keinginannya untuk pindah agama bukanlah karena ada paksaan dari orang lain ataupun karena permintaan sang suami, Jonas Rivanno. 

Dia menegaskan telah mendapat pencerahan untuk pindah agama Kristen.


Saya jadi pengikut Kristus karena orang lain, atau mungkin karena suami saya atau karena siapapun, ujung-ujungnya saya pasti kecewa. Tapi puji Tuhan roh kudus menuntun saya, dan saya tidak kecewa,” ungkap Asmirandah.

Bahkan istri Jonas Rivanno ini mengaku bahwa yakin dengan keputusannya dan semua itu sudah ada jalannya. 

Bahkan dia juga meyakini bahwa dirinya selalu mendapat bimbingan dari Yang Maha Kuasa yang sudah memilihnya.

Setiap kesaksian, saya memang selalu bilang bahwa saya pengikut Kristus karena pilihan. 

Memang bukan sejak lahir, tapi puji Tuhan bukan saya yang memilih, melainkan Tuhan sendiri yang memilih saya,” tandasnya.


Asmirandah dan Jonas Rivanno memutuskan menikah pada 2013 lalu. 

Mulanya Jonas Rivanno menikah dengan mengikuti agama sang kekasih. Sayangnya pernikahan tersebut dibatalkan karena ternyata Jonas Rivanno belum pindah agama.

Akhirnya keduanya diam-diam menikah lagi dengan agama yang mereka anut yakni Kristen. 

Hingga keduanya memutuskan menikah, pasangan ini memang tak pernah muncul lagi di kamera. Keduanya seolah hilang dari hadapan publik sejak pernikahan keduanya memicu kontroversi.

sumber : disini

[Continue reading...]

Selasa, 20 September 2016

Toleransi, Bupati Resmikan Bangunan GPIB, Ajak Warga Ringan Tangan Bantu Sesama

- 0 komentar

Umat Kristen Protestan Pelita Kasih Sangatta Pos Pelayanan dan Kesaksian (Pelkes) Maranatha, sektor Sangatta, menyambut dengan suka cita dengan diresmikannya Bangunan Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB), di Desa Mukti Jaya Satuan Pemukiman (SP3) Kecamatan Rantau Pulung (Ranpul), Minggu, (21/8/2016). 

Pendeta Marthen Leiwakabessy mengatakan, peresmian GPIB menjadi suatu kebanggaan dan patut disyukuri serta dimaknai positif. 

Terutama berkaitan dengan keberlangsungan umat Kristiani di Ranpul.

GPIB diketahui hadir di semua wilayah Indonesia, mulai kota besar hingga dipulau-pulau terpencil dan terluar.

“Ini merupakan bentuk toleransi sesama umat yang diperlihatkan oleh Pemkab Kutim,” sebut Marthen yang merupakan Ketua 1 Majelis Sinode Pendeta.

GPIB diresmikan langsung oleh Bupati Kutim Ismunandar saat kunjungan kerja ke Ranpul. 

Ditandai dengan penandatanganan prasasti. Ismunandar mengatakan, peresmian bangunan baru GPIB Desa Mukti Jaya merupakan berkat dari Tuhan YME yang patut disyukuri.

Ia menuturkan, apabila umat beragama banyak membantu sesama manusia, tentunya Tuhan YME akan memperhatikan umatnya.

“Ayo, mari ringan tangan membantu, utamanya kepentingan umat,” ajak Ismu di hadapan masyarakat. 

Dibalik keragaman beragama, lanjut Ismu, tentunya sikap toleransi akan muncul dengan sendirinya.

Hal itu harus dibangun bersama-sama melalui sikap saling menghargai. 

Kegiatan peresmian hari itu dilanjutkan dengan penyerahan kelengkapan sekolah, seperti tas dan buku tulis kepada 100 anak Rantau Pulung.

 Sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 13 September 2016

Gereja Kristen Ambon Sumbang Hewan Kurban

- 0 komentar


Ambon - ‎Gereja Protestan Maluku (GPM) menyerahkan hewan kurban kepada Panitia Hari Raya Qurban Masjid An Nur, Desa Batu Merah, Sirimau Kota Ambon. 

Demikian dikatakan Ketua Sinode GPM  Pdt A.J.S. Werinussa kepada wartawan, Ahad, 11 September 2016.

Menurut Werinussa, ‎GPM melihat tindakan berkurban bukan hanya sebuah rutinitas kegiatan sosial semata, namun lebih dari itu, adalah penghayatan terhadap nilai-nilai ritual yang mendalam.


Untuk itulah, GPM dalam gagasan 'gereja orang basudara', mewujudkan kebersamaan hidup berdampingan sebagai orang basudara salam sarane (Islam – Kristen), meyerahkan hewan kurban berupa seekor sapi kepada Muslim di Desa Batu Merah.


Hewan kurban diserahkan pendeta A.Hetharion, yang didampingi oleh pendeta .A.Latupeirissa, diterima Panitia Hari Raya Qurban Masid Annur Desa Batu Merah. ‎


"Bagi kami, nilai hewan bukan menjadi ukuran, namun makna saling berbagi adalah wujud hidup orang basudara," ujar Irsal Lisaholit, sekretaris Panitia Idul Qurban Majid An Nur.

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 06 September 2016

"JANGAN SAMPAI HIDUPMU BERAKHIR DENGAN KE-SIA-SIAAN"

- 0 komentar


"JANGAN SAMPAI HIDUPMU BERAKHIR DENGAN KE-SIA-SIAAN"
•••••••

~ Seorang bapak berusia 65 tahunan duduk sendiri disebuah lounge bandara, menunggu pesawat yang ke Jogja.

Kami duduk bersebelahan, ia menyapa saya
“Dik hendak ke Jogja juga?”
“Ya saya ke Jogja pak, bapak ke Jogja?”
“Iya”
“Bapak sendiri?”
“Iya”, senyumnya datar, sambil menghela napas panjang
“Dik kerja dimana?”
“Saya serabutan,Pak”
sahut saya sekenanya.
“Serabutan tapi mapan, ya?” Ia tersenyum “Kalau saya mapan tetapi jiwanya serabutan”
Saya tertegun
“Kok begitu,Pak?”

Ia pun mengisahkan, istrinya telah meninggal setahun yang lalu.
Dia memiliki dua orang anak yang sudah besar-besar.
Yang sulung sudah mapan bekerja di Amsterdam.

Disebuah perusahaan farmasi terkemuka dunia. Yang bungsu, masih kuliah S2 di USA.

Ketika ia berkisah tentang rumahnya yang mentereng di kawasan elit Pondok Indah Jakarta, yang hanya dihuni olehnya seorang,

dikawani seorang satpam, 2 orang pembantu dan seorang sopir pribadinya, ia menyeka air matanya.

“Dik jangan sampai mengalami hidup seperti saya ya, semua yang saya kejar dari masa muda, kini hanyalah kesia-siaan. 

Tiada guna sama sekali dalam keadaan seperti ini. Saya tak tahu harus berbuat apa lagi.

Tetapi saya sadar, semua ini akibat kesalahan saya yang selalu memburu uang, uang, dan uang, sampai lalai mendidik anak-anak saya tentang nilai-nilai yang luhur.

Hal yang paling menyesakkan dada saya ialah saat menjelang meninggalnya istri saya karena sakit kanker rahim yang dideritanya, anak kami yang sulung hanya berkirim SMS bahwa ia tidak bisa pulang mendampingi akhir hayat mamanya karena sibuk, harus meeting dengan koleganya dari Swedia.

Sementara anak bungsu saya juga mengabari via WA bahwa ia sedang mid-test di kampusnya sehingga tidak bisa pulang juga”.

“Bapak, bapak yang sabar ya”.

Karena tidak ada kalimat lain yang bisa saya ucapkan selain itu.Ia tersenyum kecut

“Sabar..sudah saya jadikan lautan terdalam dan terluas untuk membuang segala sesal saya dik.."

Meski terlambat, saya telah menginsafi satu hal yang paling berharga dalam hidup saya, yakni "sangkan paraning dumadi"

Bukan materi sebanyak apapun, tetapi, dari mana dan hendak kemana kita akhirnya..

Saya yakin, hanya dari Allah dan kepada-Nya kita akan kembali.
Di luar itu, semua semu dan sia-sia.

~ Sama seperti apa yang dikatakan Salomo diakhir hidupnya di luar Tuhan.
(Pengkb.2:11)

Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

Adik bisa menjadikan saya contoh kegagalan hidup manusia yang merana di masa tuanya..”

Ia menepuk bahu saya saya, tiba-tiba teringat ayah saya. Spontan saya memeluk bapak tersebut..tak sadar menetes airmata..bapak tua tersebut juga meneteskan airmata..

Semua manusia hanya sedang menunggu "giliran" saja.
Manusia sama sekali tiada nilainya tanpa Tuhan.

Mari kita memohon kepada Tuhan untuk membimbing kita agar tidak tersesat dalam menjalani hidup ini, sebab di luar Tuhan, semuanya semu dan kesia-siaan.
(Kol.1:16)

karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi,
yang kelihatan
dan yang tidak kelihatan,
baik singgasana,
maupun kerajaan,
baik pemerintah,
maupun penguasa;
segala sesuatu diciptakan "oleh" Dia
dan "untuk" Dia.

"MANUSIA HANYA "COCOK" BUAT KEPENTINGAN TUHAN
(Bukan untuk "dunia" ini).
(Ef.5:15-17)

Karena itu, perhatikanlah dengan seksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
dan pergunakanlah waktu yang ada,
karena hari-hari ini adalah jahat.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

♡ Salam Kasih

[Continue reading...]

Bapak Uskup Agung Medan, Ampuni Pelaku Penyerangan Romo Albert Pandiangan OFMCap

- 0 komentar


Uskup Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga dengan kedua orangtua pelaku penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandingan di Gereja St. Joseph di Medan 28 Agustus 2016 (foto doc Internet)

GEREJA Katolik yang bermurah hati dan bersedia memberi ampun. Inilah yang dilakukan oleh Bapak Uskup Keuskupan Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap bersama Pastor Albertus Pandiangan OFMCap kepada keluarga Hasugian di Medan. 

Tindakan kasih berupa memberi ampunan dan tindakan menghayati semangat Tahun Kerahiman Ilahi sebagaimana diajarkan oleh Paus Fransiskus melalui Misericordiae Vultus ini terjadi di Wisma Keuskupan Agung Medan (KAM), di Ibukota Provinsi Sumatra Utara, pada hari Senin tanggal 5 September 2016.

Bapak Uskup Agung Keuskupan Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga dengan suka hati menerima kedatangan keluarga Hasugian untuk silahturami. 

Dalam pertemuan itu, Pastor Albertus Pandingan OFMCap berhalangan hadir.

Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap dan Pastor Albertus Pandiangan OFMCap adalah imam-imam Fransiskan Kapusin.

“Bapak Makmur Hasugian bersama Ibu Boru Purba, kedua orangtua pelaku penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandiangan di Gereja St. Joseph Medan, datang ke Wisma Keuskupan Agung Medan pada hari Senin kemarin. 

Mereka datang atas inisiatif sendiri dan kami senang menerima mereka,” kata Uskup Agung Keuskupan Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM dalam rangkaan kalimat pesan pendek kepada Redaksi Sesawi.Net, Selasa siang tanggal 6 September 2016.

Minta maaf dan diberi ampunan

“Mereka datang untuk maksud minta maaf kepada Uskup dan Pastor Pandiangan atas insiden beberapa waktu lalu. 

Dengan tangan terbuka dan hati yang longgar, kami menerima maksud baik mereka,” tandas Mgr. Anicetus menjawab pertanyaan Sesawi.Net melalui jalur pribadi.

Kedatangan pasutri Makmur Hasugian bersama Ibu Boru Purba difasilitasi oleh serombongan pengacara dari Peradi Medan. 

Pertemuan silahturami itu sendiri dimoderatori oleh A. Dewanto Handoko SH, anggota  Pengurus Forum Masyarakat Katholik Indonesia  (FMKI) Sumut.

Kepada Sesawi.Net, Uskup Agung Keuskupan Medan menegaskan adanya empat hal yang menjadi bahan diskusi sepanjang pertemuan silahturahmi tersebut. Di antaranya adalah


1. Aspek moral: Keuskupan Agung Medan sangat mengapreasi inisiatif pribadi keluarga pelaku untuk datang memohonkan maaf atas terjadinya insiden beberapa waktu lalu.

 2. Belas kasih: Keuskupan Agung Medan dalam hal ini Uskup Agung KAM dan Pastor Albertus Pandingan OFMCap dengan semangat kristiani sepenuh hati memberi ampun dan memaafkan pelaku dan berusaha menghapus luka di batin.


Insiden penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandiangan OFMCap terjadi di Gereja St. Joseph tak jauh dari Kampus Universitas Sumatra Utara (USU) di Jl. Dr. Mansyur, Kota Medan, hari Minggu tanggal 28 Agustus 2016 pekan silam. 

Insiden ini terjadi saat berlangsung misa mingguan di hari Minggu tersebut.

Sesaat setelah berlansung Bacaan Injil, pelaku yang masih mengenakan ransel punggung bergerak mendekati pastor dan mencoba menyerangnya dengan bersenjatakan pisau. 

Dari dalam ranselnya ditemukan kapak dan beberapa peralatan seperti kabel dan lainnya.

Pelaku berhasil dibekuk oleh umat yang tengah mengikuti misa. Polisi memastikan bahwa pelaku bertindak secara individual dan tidak terkait dengan kelompok radikal mana pun.

sumber : disini

[Continue reading...]

Jumat, 02 September 2016

Ahok dikawal Lebih dari 2.000 Malaikat Surgawi

- 0 komentar


JAKARTA- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membantah pernyataan bakal calon gubernur, Sandiaga Uno, yang menyebut dirinya dikawal oleh 200 personel Brimob. 

Ia mengatakan, pengawal pribadinya yang berasal dari Brimob jumlahnya tak lebih dari 10 personel.

"Makanya sekarang pertanyaan gua, lu pernah lihat gua dikawal sampai 200 orang enggak? (Dikawal) 10 (personel Brimob) saja enggak pernah," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (2/9/2016).

Jika pernyataan Sandiaga benar, kata Ahok, maka pengawalan dirinya bisa dibilang melebihi pengawalan terhadap Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Sambil berseloroh, Ahok menyebut ada 2.000 personel Brimob dan 6.000 personel Kostrad yang mengawal dirinya.

"Pengawalan yang enggak keliatan tuh sebenarnya lebih dari 2.000 personel. Sampaikan sama Sandi, aslinya tuh lebih dari 2.000 pasukan malaikat surgawi yang jaga gua," kata Ahok.

Sandiaga sebelumnya menyebut Ahok akan mendapat sejumlah keuntungan jika tidak harus cuti untuk kampanye pada proses Pilkada DKI Jakarta 2017.

Menurut Sandiaga, keuntungan yang akan didapatkan Ahok jika ia tidak cuti adalah pengawalan dari negara.

Sandigaga mengaku dapat informasi bahwa Ahok mendapatkan pengawalan 150 sampai 200 personel Brimob tiap hari.

"Pertama pengawalan, saya diberitahu dia (Ahok) diberikan pengawalan 150 sampai 200 Brimob. Kalau dia cuti kan dia harus bayar sendiri. Sekarang dia membebani itu kepada negara," kata Sandiaga di Palmerah, Jakarta, Rabu (31/8/2016) malam

Sandiaga membandingkan dengan dirinya yang setiap kali melakukan pertemuan dengan warga tanpa dikawal pihak kepolisian. Biasanya, dia hanya ditemani para relawan.

Adapun masa kampanye pada pilkada serentak 2017 akan dimulai pada 28 Oktober 2016 hingga 11 Februari 2017.

Aturan yang ada saat ini mengharuskan seorang petahana untuk cuti selama masa kampanye.

Namun, Ahok ingin agar calon petahana diberi pilihan antara cuti untuk kampanye atau tidak cuti dengan risiko tidak boleh berkampanye.

Untuk itu, Ahok mengajukan uji materi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada di Mahkamah Konstitusi. 

sumber : disini
[Continue reading...]

Jumat, 26 Agustus 2016

Lika Liku perjalanan dan perjuangan Hidup sebagai orang Kristen, seorang Asmirandah

- 0 komentar


Masih ingat dengan Asmirandah? Ya, artis cantik yang berwajah kebule-bulean ini sudah lama menghilang dari dunia hiburan.

Tepat setelah menikah dengan Jonas Rivano, karier Asmirandah langsung tenggelam. Bukan hanya Asmirandah, karier Jonas pun ikut meredup pasca pernikahan mereka yang penuh dengan kontroversi.

Pernikahan dua artis ini bisa dibilang kasus paling menggemparkan di jagad hiburan. Mereka disebut-sebut melakukan penistaan agama demi dinyatakan sebagai sepasang suami istri.

Lalu bagaimana kabar pernikahan mereka yang sudah hampir 3 tahun ya? 

1. Setelah Membatalkan Pernikahan Secara Islam, Kapan dan Dimana Asmirandah – Jonas Menikah?

Seperti yang diketahui oleh publik, hubungan romantis antara Asmirandah dan Jonas ini bermula dari cinta lokasi. Mereka yang terlibat dalam satu sinetron tiba-tiba jatuh hati dan menjalin hubungan.

Sayang, hubungan tersebut terpisah lantaran keyakinan yang dimiliki satu sama lain.

Tak ingin kehilangan satu sama lain, Jonas akhirnya mengalah dan memilih untuk menjadi mualaf dan menikahi wanita cantiknya pada tanggal 17 Oktober 2013 secara tertutup.

Belum lama setelah menggelar akad nikah, tiba-tiba Asmirandah melakukan pembatalan pernikahan. Hal tersebut membuat publik heboh.

Apalagi, beredar kabar jika mereka sudah menikah dimana Jonas kembali menganut agamanya semula. Sedangkan Asmirandah mengikuti suaminya yang beragama Kristen.

Dilansir dari Selebupdate, Jonas dan Asmirandah menikah di Singapura. Pernikahan mereka digelar tak lama setelah pembatalan pernikahan dikabulkan majelis hakim.

2. Sempat Dikucilkan Oleh Keluarga, Orang Tua Asmirandah Akhirnya Terima Jonas Sebagai Anak Mantu

Selain membuat geger jagad hiburan, ternyata pernikahan dua artis ini membuat hubungan Asmirandah dan orang tuanya renggang. Orang tua Asmirandah yang mengetahui anaknya pindah agama sempat shock.

Namun, ia membiarkan anaknya untuk memilih apa yang diinginkan. Ayah Asmirandah juga menuturkan bahwa anaknya sudah cukup dewasa untuk menentukan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Meski terlihat baik-baik saja, banyak kabar beredar jika orang tua Asmirandah masih belum menerima Jonas sebagai anak mantu. Bahkan setelah menikah, Asmirandah dan suaminya jarang sekali bertemu dengan keluarga besarnya.

3 tahun lamanya, orang tua Asmirandah akhirnya luluh dan mengakui keberadaan Jonas. Wah, akhirnya hubungan anak dan orang tua artis ini mulai mencair.

baca juga : Katanya, Artis Asmirandah Jatuh Miskin Gara-Gara Masuk Kristen


3. Banyak Kehilangan Pekerjaan Karena Pernikahan, Asmirandah dan Jonas Pilih Jadi Pengusaha

Kasus pernikahan hingga pelecehan agama membuat Jonas dan Asmirandah kehilangan banyak sekali pekerjaan di dunia hiburan. Tak sedikit dari client yang membatalkan kerja samanya dengan Jonas.

Tak hanya itu, kontrak kerja Asmirandah juga banyak dibatalkan karena kasus pernikahannya. 
Tenggelamnya karier dua artis ini tak membuat goyah keyakinan mereka untuk tetap bertahan.

Selama 3 tahun lamanya, Jonas dan Asmirandah saling bahu membahu untuk berbisnis. Mereka memulai dari nol untuk dapat sesukses saat ini.

Ya, Jonas membuat bisnis baru sementara Asmirandah menjadi seorang desainer.

Kerja keras dari Asmirandah makin terlihat ketika brand baju fashionnya dikenal oleh banyak orang. Tak hanya mendesain baju, mantan kekasih Dude Herlino ini juga mendesain aksesoris.

4. Jadi Tersangka Selama 3 Tahun, Jonas Lega Kasus Penistaan Agama Gugur

Bukan hanya mendapatkan restu, Asmirandah dan Jonas juga mendapatkan kado manis di 3 tahun pernikahannya. Jonas akhirnya lepas dari status tersangka kasus penistaan agama sejak tahun 2013 lalu.

Seperti yang sudah diketahui, FPI melaporkan tindakan Jonas yang dianggap mempermainkan agama demi dapat menikahi Asmirandah.

Cukup lama menjadi tersangka, Jonas akhirnya bernafas lega lantaran ia tak terbukti melakukan penistaan. Kasus tersebut juga dihentikan oleh pihak kepolisian hingga tak sampai ke meja hijau. 

5.  Belum Diberikan Momongan

Kini keduanya kembali diberikan cobaan besar lagi. Setelah 3 tahun menikah, pasangan ini masih belum memiliki buah hati.

Kendati sedih, Asmirandah dan Jonas mengaku tetap bersabar dan menanti tanda-tanda kehamilan. Pun banyak cobaan yang menghadang, rupanya tak melunturkan rasa cinta mereka.

sumber : disini


[Continue reading...]

Selasa, 23 Agustus 2016

Kenali 5 Gereja Tertua di Jakarta

- 0 komentar

1. Gereja Katedral 

Gereja yang arsitekturnya bergaya gotik, di Jalan Katedral No 2, Jakarta Pusat. 

Letaknya yang tidak berjauhan dengan Masjid Istiqlal ini seakan menjadi simbol kerukunan antar agama. 

Melihat dari gaya arsitekturnya, kamu bisa tahu kalau gereja ini adalah peninggalan Belanda. Hingga sekarang gereja ini masih berdiri kokoh dan gagah.  

Ternyata, bukan hanya Katedral, gereja tua yang masih berdiri tegak dengan anggunnya. 

Tapi, masih ada beberapa gereja tua di Jakarta. Dengan sejarah yang tidak akan pernah terhapus, serta kisah dan keindahan arsitekturnya, kelima gereja ini patut kamu kenali dan resapi keberadaannya. 

2. Gereja Tugu. 





Ketika kamu menapaki kaki di depan pintu gerbang, nuansa Eropa dengan pintu bangunan dan jendela yang khas langsung terasa.

Gereja Tugu, yang dibuat 1676-1678, merupakan peninggalan Portugis. Yang membangun pun adalah orang Portugis.

Gereja yang luasnya mencapai 1,5 hektar ini memiliki sejarah yang panjang. Beberapa kali mengalami renovasi karena kerusakan dan juga hancur. 

Gereja yang memiliki makam Portugis pada halaman depan ini diresmikan 1748 oleh seorang pendeta, JM Mohr. 

baca juga : Gereja Terunik Di Dunia ( Bag I )
 
3. Gereja Sion.  

Bertembok putih, beratapkan genteng merah, Gereja Sion berdiri kokoh dengan nuansa Belanda yang khas. 

Pintu depan yang besar. Jendela pun lebar. 

Gereja yang terletak di Jl Pangeran Jayakarta ini memiliki 11 makam kuno yang ditandai dengan nisan khas Belanda. 

Gereja ini tadinya dibangun untuk tempat ibadah para tawanan Portugis yang dibawa dari Malaya dan India. 

Makanya, nama lain gereja ini adalah Portugeesche Buitenkerk yang artinya gereja Portugis di luar kota

4. Gereja Ayam. 




Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa namanya Gereja Ayam. Jawabannya sederhana. 

Karena di atas atap gereja, terdapat sebuah arah mata angin yang berbentuk ayam. 

Gereja peninggalan kolonial Belanda ini terletak di dearah Pasar Baru, Jakarta Pusat. 

Kamu bisa menikmati suasana gereja yang dibangun antara tahun 1913 dan 1915 oleh Ed Cuypers dan Hulswit. Perpaduan arsitektur Italia dan Portugis akan membuatmu terasa kembali ke masa lalu. 

baca juga : Gereja Terunik Di Dunia ( bag II )

5. Gereja Immanuel.  

Kamu mungkin sering lewat Gambir ketika berolahraga di Monas pada Minggu pagi. Nah, di seberang Stasiun Gambir, ada sebuah gereja tua.

Gereja Immanuel namanya. Gereja peninggalan Belanda ini memiliki pilar yang sangata besar. 

Pilar raksasanya semakin memperkokoh dan menambah kesan gagahnya bangunan. 

Dibangun tahun 1845 dan selesai empat tahun kemudian, gereja ini bukan hanya bersejarah, tapi juga indah untuk diminikmati saat memandanginya. 

Bayangkan, serambi pada bagian utara dan selatan melingkar, mengukuti bentuk bangunan gereja. 

Nah, itu dia kelima gereja tertua di Jakarta. 

Bukan hanya sejarahnya yang penting, tapi keindahan bangunannya pun wajib kamu resapi. Kentalnya nuansa kuno ternyata bukan hanya dimiliki Gereja Katedral

Pokoknya, kamu wajib untuk datang berkunjung keempat gereja tua di Jakarta ini. 

sumber : disini
[Continue reading...]

Sabtu, 20 Agustus 2016

Proviciat, Mulai di bangun Gereja Paroki St Leo

- 0 komentar


LAHAN baru Gereja St Leo Agung masih senggang sekitar pukul 09.00 WIB, Minggu, 14/8. Baru ada sekitar 40 orang di kapling yang terletak di Kompleks Kodam Jatiwaringin, Jakarta Timur. 

Maklum, acara pemancangan dimulai satu jam kemudian. Umat dan para imam masih Misa di “gereja bedeng”. 

Mereka yang datang lebih awal adalah panitia acara pemancangan, panitia pembangunan gereja, pekerja proyek, dan segelintir umat, salah satunya Agustinus Yohanes Kia Poli. Yance, demikian sapaannya, kebetulan menemani istrinya yang menjadi perunut acara.

Gurat bulan sabit, terpatri di ronanya, saat ditemui di persil berukuran sekitar 2000 meter persegi. 
 
Penantian panjang selama 19 tahun untuk memiliki gereja baru bakal terbayar lunas. 
 
Menurut rencana, pembangunan gereja akan rampung pada akhir 2017, bertepatan dengan pesta perak paroki ini. 
 
Kapasitas gereja baru menampung sekitar 900 umat dan dilengkapi dengan parkir semi basement. Saat ini jumlah umat Paroki St Leo Agung sekitar 5000 jiwa. Mereka terbagi dalam 40 lingkungan dan sembilan wilayah.

Kepala Paroki, Romo Damianus Lolo CSsR juga mendorong umat agar terus menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar. 
 
Menurut dia, tidak akan ada sesuatu yang baik yang bisa tercipta jika tidak ada kebersamaan dan kesatuan dengan sesama. 
 
Romo Dami juga menekankan, hubungan baik dengan Tuhan seharusnya diwujudkan juga dalam masyarakat.

Perwakilan Walikota Jakarta Timur, Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta Timur Donny Madian mengapresiasi PPG St Leo Agung dalam mengurus kelengkapan administrasi. 
 
Hasilnya, Surat Izin Prinsip (SIP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) gereja cepat keluar dan dalam waktu berdekatan. 
 
SIP Pembangunan Gereja keluar pada 11 April 2016, sedangkan IMB pada 28 Juli 2016. 
 
sumber : disini

[Continue reading...]

Rabu, 22 Juni 2016

Vihara di Jawa Timur sediakan makanan berbuka puasa

- 0 komentar


Menjelang beduk magrib, sekitar 100 orang berdiri berjajar di samping Vihara Bodhimanda Sanggar Suci, Lawang, Malang, Jawa Timur. 

Tua, muda, dan anak-anak, yang datang dari berbagai tempat di sekitar Lawang tampak antre, sabar menunggu waktunya berbuka puasa. Mereka antre untuk mendapat buka puasa gratis dari Vihara Bodhimanda Sanggar Suci.

Menu yang disediakan antara lain adalah nasi putih lauk mi goreng dan ayam suwir. Sekitar 100 porsi makanan untuk buka puasa tertata di atas meja besar.

Tak lama kemudian terdengar suara azan dari Masjid Al Ikhlas yang terletak di samping vihara.

Salah satu tamu vihara adalah Mohammad Yasin, 60 tahun, yang datang bersama anaknya. Ia berjalan kaki cukup jauh untuk mendapatkan makanan buka puasa gratis ini.

"Setiap bulan puasa, buka puasa di sini," ujar Yasin. Pria yang sehari-hari berjualan mi ayam ini mengaku terbantu dengan buka puasa gratis karena istrinya tak perlu repot menyiapkan buka puasa di rumah.

Meringankan beban ekonomi

Selain itu juga mengurangi uang belanja setiap hari. "Sangat membantu. Kadang ada yang berbuka puasa saja susah," katanya.

Yasin dan warga lain yang berbuka di vihara menerima seporsi makanan plus teh hangat. Mereka duduk melingkar sambil bercengkerama. Buka puasa ditutup dengan minum teh hangat dan kudapan.

Vihara menyediakan menu yang variatif mulai dari mi goreng, ayam suwir, soto, rawon, kari, opor, ayam bakar bumbu rujak, hingga ayam goreng.

Bagi Yasin, buka puasa cuma-cuma seperti yang disediakan vihara di Lawang ini adalah bentuk nyata toleransi umat beragama di Indonesia.

"Tak ada perbedaan dan tak ada sekat pembatas," ujarnya.
Acara buka puasa gratis dimulai pada 1998 ketika krisis ekonomi membuat harga kebutuhan pokok melambung.

Rohaniwan vihara, Winantea Listiahadi, menuturkan saat itu banyak orang miskin yang kesulitan untuk berbuka puasa. Ia terketuk hatinya untuk saling membantu sesama.

Relawan dan donasi

Ia kemudian mengggalang donasi yang berasal dari paguyuban Metta yang beranggotakan ratusan ribu orang, tak hanya umat Buddha, tapi juga dari pemeluk agama lain. 

baca juga : Pasar Ramadhan disepan Gereja

"Memang yang paling banyak umat di vihara sini," ujarnya.
Selain donasi, ia juga mengatur relawan untuk membantu menyiapkan buka puasa. Ada yang bertugas belanja, menanak nasi, memasak lauk, juga ada yang bertugas membuat minuman.

Setelah selesai, ada lagi yang bertugas menata makanan serta membagikannya kepada mereka yang datang berbuka puasa.

Salah satu relawan yang juga umat vihara, Amelia Wati, 68 tahun, datang setiap pukul 16.00 WIB untuk membantu menyiapkan makan berbuka puasa.

"Membantu ya sejak pertama kali ada buka puasa di sini," ujar Amelia.

sumber : disini

 

 

[Continue reading...]

Pasar Ramadan di depan Gereja Kupang

- 0 komentar


Di depan Gereja Katedral Kristus Raja di Kupang tampak ramai dengan pedagang yang menjual berbagai makanan di ‘Pasar Ramadan’ yang berlangsung setiap tahun.

Pasar Ramadan di trotoar gereja ini, dianggap sebagai cerminan dari kerukunan umat antar agama di ibukota Nusa Tenggara Timur.

Sore itu, puluhan pedagang berjejer dari trotoar gereja sampai kantor Bank Mandiri sibuk melayani pembeli.
Salah seorang pedagang Abdul Gafur yang sudah berjualan sekitar delapan tahun, mengaku pasar Ramadan ini juga mendapatkan persetujuan pihak gereja dan walikota Kupang.

“Awalnya sempat ada sedikit masalah terutama pada hari Minggu, karena ini tempat parkir jemaat gereja, tetapi kemudian karena kita sudah ada ijin wali kota Kupang, pihak gereja pun tidak masalah,” jelas Abdul Gafur.

Sementara itu pedagang lainnya Anet Rery mengatakan salah satu bentuk toleransi di Kupang ini, selama Ramadan jemaat gereja memarkir motor disudut jalan yang lain.

“Alhamdulillah aman, biasanya mereka parkir di sini, tetapi selama Ramadan mereka di sana, masalah toleransi di Kupang tidak ada masalah, terlalu bagus (kerukunannya),“ jelas perempuan asal Kampung Bonipoi ini.

 Sementara itu pengurus Gereja Katedral Kristus Raja, Frater Marcel dariGereja Katedral Kristus Raja mengatakan komunikasi dengan pedagang berlangsung baik, dan tidak menganggu aktivitas gereja.

“Mereka itu ijin ke gereja, dan Romo bilang tak ada masalah, kebaktian terus berjalan, bahkan kita ada misa sejak setengah lima sampai jam enam -malah jemaat kami juga ikut belanja makanan di pasar Ramadan, ketika pulang gereja,” jelas Marcel.

Dia mengatakan toleransi antar umat beragama di Kupang sangat baik dan saling membantu.

baca juga : Vihara di Jawa Timur sediakan makanan berbuka Puasa

“Mereka sering jualan di sini, kami beli, makan bersama dan sudah bertahun-tahun itu berlangsung,” jelas Frater Marcel.

Para pedagang yang berjualan di pasar Ramadan di trotoar gereja ini berasal dari kampung yang dihuni mayoritas Muslim di Kupang, seperti Solor, Airmata, dan Bonipoi.

Muslim merupakan minoritas di Nusa Tenggara Timur dan sebagian masih keturunan pendatang dari kepulauan Solor dan Arab.

Sumber :disini
[Continue reading...]

Jumat, 17 Juni 2016

Ditolak Ormas, Acara Bukber Sinta Nuriyah Akhirnya Digelar di Balai Kelurahan

- 0 komentar
 SEMARANG — Kegiatan acara buka bersama (bukber) lintas iman yang dihadiri oleh Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Kamis (16/6/2016) sore, akhirnya digelar di Balai Kelurahan Pudakpayung, Kota Semarang, dengan pengamanan ketat puluhan anggota Banser dan aparat kepolisian.

Sebelumnya, acara bukber tersebut direncanakan digelar di Gereja Kristus Raja Ungaran, tetapi dipindah ke Gereja St Yakobus Zebedeus, Pudak Payung, Semarang, karena ada penolakan.

Namun, setelah pindah ke Kota Semarang, acara tersebut ternyata juga masih mendapat penolakan dari salah satu ormas sehingga digeser ke Balai Kelurahan Pudakpayung.

Pergeseran acara bukber dari Gereja Yakobus ke Balai Kelurahan tersebut diputuskan dalam rapat koordinasi panitia, pengurus gereja, ormas, dan pihak kepolisian di Mapolrestabes Semarang.

"Pindahnya mendadak, baru pukul tiga (15.00) tadi dikabari. Kita buru-buru ngepel, bersih-bersih aula dulu tadi," kata Yanti (50), salah satu panitia dari jemaat Gereja Yakobus.

Menurut Yanti, acara buka bersama Sinta Nuriyah Wahid sebetulnya sudah disiapkan jauh hari dengan melibatkan sejumlah tokoh Muslim dan takmir masjid setempat. 

Panitia mengundang sekitar 425 orang dari warga RW 4 Kelurahan Pudakpayung, takmir masjid, tokoh masyarakat, pejabat kelurahan, dan jemaat Gereja Yakobus.

"Padahal, dalam undangan yang kami kirim tanggal 12 Juni kemarin, ada tanda tangan sesepuh warga dari tokoh Muslim. 

Kami sebenarnya kecewa, tetapi oleh romo kami tidak boleh membenci mereka," katanya.

Meski sempat bergeser tempat, pelaksanaan acara buka bersama Sinta Nuriyah berlangsung dengan lancar. 

Panitia menyediakan sedikitnya 1.000 paket hidangan takjil yang terdiri dari air mineral, kolak, makanan kecil, dan nasi kotak.

Dalam kesempatan itu, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid tampak didampingi Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Ketua Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang Romo Budi Burnomo, dan sejumlah tokoh agama.

Sebelumnya, Sinta Nuriyah tetap hadir di Gereja Yakobus dan menyampaikan ceramah khusus kepada umat Kristiani.

sumber : disini
[Continue reading...]

Rabu, 15 Juni 2016

Mongol Stres : Jangan Pindah Gereja

- 0 komentar


AKSI pelawak tunggal atau komika, Mongol Stres sanggup mengocok perut peserta konferensi Pujian dan Penyembahan Karismatik Katolik yang digelar di Apperroom Annex Building, Jakarta, Sabtu, 21/5. 

Meski materi lawakannya kerap bermain di batas sensitivitas, seperti etnisitas dan homoseksualitas, pria bernama asli Rony Immanuel ini belum pernah mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia. “Saya hanya pernah di sidang beberapa kali oleh jemaat Gereja,” celotehnya.

Salah satu lawakan Mongol yang membuat peserta terkekeh-kekeh, yaitu topik tentang berdoa. 
 
Ia meminta kepada hadirin, jika berdoa jangan membuat orang takut dengan meminta Tuhan datang ke dunia. 
 
Sebab dalam Kitab Suci, imbuh dia, Tuhan datang pada hari kiamat. “Tuhan itu bukan ‘teh celup’, yang gampang kita minta naik-turun,” ujar kelahiran Manado, 27 September 1978 ini.

Ia juga berharap, seluruh peserta jangan pindah Gereja. “Jangan karena di sana ada artis, pastor, atau pendeta terkenal, kita jadi pindah agama. Yakinlah, Tuhan juga hadir di Gereja Anda.”
 
sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 14 Juni 2016

Kisah sejuk umat muslim bantu gereja PART 4 : Warga muslim di Kalabahi biasa danai pembangunan gereja

- 0 komentar

Kali ini, kisah toleransi yang sejuk antar pemeluk Islam-Kristen berasal dari Indonesia. 

Masyarakat yang tinggal di Kalabahi, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi contoh kerukunan beragama di Indonesia. Meski berbeda agama, masyarakat di kawasan itu hidup rukun.

Tak hanya rukun, banyak rumah ibadah di sana dibangun dengan dana swadaya dan dikerjakan oleh umat Islam.

Umat Islam di Kalabahi membantu umat beda agama mendirikan gereja. Hal itu mereka lakukan dengan ikhlas.

Kerukunan masyarakat Kalabahi membuat Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bangga. Saat berkunjung ke sana, Lukman menyampaikan apresiasi yang begitu tinggi kepada masyarakat Kalabahi.

baca juga : Kisah sejuk muslim bantu gereja PART 5 : Warga muslim di Pakistan ikut kerja bakti bangun gereja


"Saya sangat mengapresiasi para pekerja muslim yang membangun gereja ini," ujar Lukman, dikutip dari laman kemenag.go.id, (2/8/2015).

ukman mengatakan situasi masyarakat yang rukun seperti di Kalabahi jarang sekali ditemukan. Untuk itu, dia berharap situasi semacam ini dapat terus dipertahankan.

baca juga: Walau Muslim, Deddy Dores bantu bangun gereja
 
"Ini merupakan potret kerukunan yang luar biasa," ungkap Lukman.

sumber : Disini
[Continue reading...]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger